Ngobrolin Kecakapan Hidup


Sekitar dua tahun lalu, gue masih inget baca berita online tentang guru yang lebih mengutamakan ngajarin muridnya mengantri ketimbang matematika (gue lupa dari negara mana, antara Australia atau New Zealand gitu). Saat itu juga dan seterusnya, gue langsung setuju gitu. Mungkin memang terlihat itu sepele, kata "ngantri" cuma pas gue ngalamin sendiri berkali-kali diselak pas mau bayar dikasir. Beh itu tuh tiba-tiba langsung dongkol dan otomatis mata gue pindah haluan ke arah yang selonong boy. Dan setelah berkali-kali ngalamin hal kayak gitu. Akhirnya gue lebih berani bersuara tanpa pandang usia, yaa mohon maaf nih mau anak muda, orangtua, ataupun kakek nenek sekalipun, dimanapun kita berada pasti kita akan hidup berdampingan dengan etika. Itulah kenapa kita engga pernah bisa menyamakan pembelajaran etika dengan masyarakat jepang.

Gue engga pernah ke Jepang tapi banyak mengamati tayangan seputar lifestyle disana. Dan menurut gue beberapa poin patut kita tiru, misalnya ngantri ramen populer aja tetap kuat kakinya sembari ngobrol berjam-jam. Sementara kita, nunggu antri bayar di minimarket aja udah mulai clingak clinguk dan belum lagi kalau yang bayar sebelum kita naro belanjaan banyak banget. Kadang gue juga berpikir, mau setinggi apapun masyarakat kita sekolah atau punya pangkat yang tinggi tetapi kalau bermasyarakat tanpa etika, yaaa percuma aja dia bayar sekolah mahal-mahal. Baik di sekolah dan di rumah, gue percaya selalu ada yang namanya hidden curriculum lain yaitu etika. simple aja, sekedar salam, terimakasih, tolong, dan maaf. Perilaku-perilaku tersebut sebenarnya yang lebih nunjukkin kecakapan hidup. Beberapa artikel tentang pekerjaan juga lebih banyak membahas etika, pernah gue baca tentang kurang peningkatan kerja yang dirasakan karyawan dimana etikanya perlu diperbaiki. Ujung-ujungnya pasti etika guys!.

Nah teman-teman, obrolan tahu bulat gue hari ini sebenarnya mau ngajak kalian untuk lebih sadar mengenai pentingnya implementasi kecakapa hidup selama bermasyarakat, mulai dari mengantri, mengucapkan salam, bilang maaf dan terimakasih. Simple banget tapi perlu sampai ke ulu hati kelakuinnya. Dan kita sebagai manusia yang dapat kesempatan menuntut ilmu, punya hak dan kewajiban untuk ngingetin orang di sekitar kita. Misalnya lagi ngantri, "pak/bu/mas/mba silahkan antrinya dari belakang...". Daripada dengan nada yang memecah belah atau nada tinggi, lebih baik dengan elegan dan tanpa menghilangkan tata krama.
Sekian.

Comments

Popular Posts